Rumah Adat Kaltim, dengan beragam jenisnya yang tersebar di penjuru Kalimantan Timur, menyimpan kekayaan arsitektur dan nilai budaya yang luar biasa. Dari material bangunan tradisional hingga tata letak ruangan yang sarat makna, rumah-rumah adat ini mencerminkan kearifan lokal dan keahlian leluhur. Eksplorasi lebih lanjut akan mengungkap keindahan dan filosofi yang terukir dalam setiap detail bangunannya.
Berbagai jenis rumah adat Kaltim, seperti rumah Lamin, memiliki ciri khas arsitektur dan fungsi ruangan yang unik. Material bangunan tradisional seperti kayu ulin dan atap rumbia memainkan peran penting dalam menciptakan estetika dan ketahanan bangunan. Lebih dari sekadar tempat tinggal, rumah adat Kaltim merupakan representasi identitas budaya dan sejarah masyarakat Kalimantan Timur.
Jenis Rumah Adat Kalimantan Timur
Kalimantan Timur, dengan kekayaan alam dan budaya yang beragam, juga memiliki beragam jenis rumah adat yang mencerminkan kearifan lokal masyarakatnya. Masing-masing rumah adat memiliki ciri khas arsitektur, material bangunan, dan filosofi yang unik, yang merepresentasikan adaptasi terhadap lingkungan dan nilai-nilai sosial budaya setempat. Berikut ini akan dibahas beberapa jenis rumah adat Kalimantan Timur yang paling representatif.
Daftar Jenis Rumah Adat Kalimantan Timur dan Ciri Khasnya
Berbagai suku di Kalimantan Timur memiliki rumah adat dengan karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor geografis, kepercayaan, dan aktivitas ekonomi masyarakat setempat. Berikut beberapa contohnya:
- Rumah Lamin: Rumah adat suku Dayak di Kalimantan Timur. Ciri khasnya adalah bentuk bangunan panggung yang tinggi, atap berbentuk pelana yang curam, dan penggunaan kayu ulin sebagai material utama. Rumah Lamin memiliki ruang utama yang luas, yang digunakan untuk berbagai aktivitas sosial dan ritual adat. Desainnya mencerminkan hierarki sosial dalam masyarakat Dayak.
- Rumah Panjang: Juga merupakan rumah adat suku Dayak, khususnya di beberapa daerah pedalaman. Bentuknya memanjang dan menampung banyak keluarga dalam satu bangunan. Material bangunannya umumnya kayu dan bambu. Rumah Panjang merefleksikan kehidupan komunal dan gotong royong yang kuat dalam masyarakat Dayak.
- Rumah Betang: Merupakan rumah adat suku Dayak Kenyah, yang terkenal dengan ukurannya yang besar dan megah. Rumah Betang berbentuk panggung dengan atap yang tinggi dan menjulang. Kayu ulin dan kayu besi menjadi material utama. Rumah Betang memiliki fungsi serbaguna, sebagai tempat tinggal, pusat kegiatan sosial, dan tempat penyelenggaraan upacara adat.
- Rumah Keliling: Rumah adat ini umumnya ditemukan di daerah pesisir Kalimantan Timur. Bentuknya sederhana, dengan atap yang rendah dan material bangunan yang lebih ringan seperti kayu dan bambu. Desainnya disesuaikan dengan kondisi lingkungan pesisir yang rawan terhadap angin dan gelombang.
Material Bangunan Rumah Adat Kalimantan Timur
Pemilihan material bangunan rumah adat Kalimantan Timur sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya alam di daerah tersebut dan juga pertimbangan kekuatan dan keawetan bangunan. Kayu merupakan material utama yang paling banyak digunakan, terutama kayu ulin yang terkenal dengan kekuatan dan ketahanannya terhadap hama dan cuaca. Selain kayu ulin, jenis kayu lain seperti kayu besi dan kayu belian juga sering digunakan.
Bambu juga menjadi material pelengkap yang penting, digunakan untuk dinding, lantai, dan atap. Atap rumah adat biasanya terbuat dari daun rumbia atau ijuk yang tahan air dan panas.
Perbandingan Tiga Jenis Rumah Adat Kalimantan Timur
Berikut perbandingan tiga jenis rumah adat Kalimantan Timur yang paling representatif, yaitu Rumah Lamin, Rumah Panjang, dan Rumah Betang:
Jenis Rumah Adat | Material Utama | Bentuk Atap | Fungsi Ruangan |
---|---|---|---|
Rumah Lamin | Kayu Ulin | Pelana | Tempat tinggal, ruang upacara adat, ruang pertemuan |
Rumah Panjang | Kayu dan Bambu | Pelana memanjang | Tempat tinggal bersama beberapa keluarga |
Rumah Betang | Kayu Ulin dan Kayu Besi | Pelana tinggi dan menjulang | Tempat tinggal, pusat kegiatan sosial, dan upacara adat |
Filosofi dan Makna Simbolis Rumah Adat Kalimantan Timur
Desain rumah adat Kalimantan Timur tidak hanya sekadar bangunan fisik, tetapi juga mengandung filosofi dan makna simbolis yang mendalam. Bentuk rumah panggung, misalnya, melambangkan penghormatan terhadap roh nenek moyang dan alam. Atap yang tinggi dan menjulang dapat diartikan sebagai penghubung antara dunia manusia dan dunia roh. Ornamen dan ukiran pada rumah adat juga memiliki makna simbolis yang berkaitan dengan kepercayaan dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat.
Setiap detail dalam desain rumah adat merepresentasikan kearifan lokal dan kekayaan budaya Kalimantan Timur.
Material Bangunan Rumah Adat Kalimantan Timur
Rumah adat Kalimantan Timur, dengan beragam bentuk dan kekhasannya, menggunakan material bangunan yang mencerminkan kearifan lokal dan ketersediaan sumber daya alam di daerah tersebut. Pemilihan material ini tidak hanya berdampak pada estetika bangunan, tetapi juga pada ketahanan dan keberlanjutannya. Berikut uraian lebih lanjut mengenai material bangunan tradisional dan perbandingannya dengan material modern.
Material tradisional yang digunakan dalam konstruksi rumah adat Kalimantan Timur sebagian besar berasal dari alam sekitar. Penggunaan material ini menunjukkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Proses pengolahannya pun relatif sederhana, memanfaatkan teknik-teknik tradisional yang telah diwariskan turun-temurun.
Material Bangunan Tradisional dan Pengolahannya
Kayu merupakan material utama dalam pembangunan rumah adat Kalimantan Timur. Berbagai jenis kayu keras seperti kayu ulin, kayu bangkirai, dan kayu meranti dipilih karena kekuatan dan daya tahannya terhadap cuaca dan hama. Sebelum digunakan, kayu-kayu tersebut diolah melalui proses pengeringan dan perataan untuk memastikan kualitas dan kekuatan struktur bangunan. Proses pengeringan dapat dilakukan secara alami dengan menjemur kayu di bawah sinar matahari selama beberapa waktu, atau dengan teknik pengeringan modern untuk mempercepat proses.
Perataan dilakukan dengan menggunakan alat-alat tradisional seperti kapak dan pisau, atau dengan mesin perata kayu untuk hasil yang lebih presisi.
Selain kayu, material lain yang umum digunakan antara lain bambu untuk dinding dan atap, ijuk atau rumbia untuk atap, dan tanah liat untuk dinding dan lantai. Bambu dipilih karena ringan, kuat, dan mudah dibentuk. Ijuk dan rumbia, selain tahan air, juga memberikan nilai estetika tersendiri pada rumah adat. Tanah liat, setelah diproses dan dicampur dengan bahan-bahan lain, dibentuk menjadi batako atau dipadatkan langsung sebagai dinding.
Proses pengolahan tanah liat melibatkan pencampuran dengan jerami atau bahan organik lain untuk meningkatkan kekuatan dan daya rekat.
Perbandingan Material Tradisional dan Modern
Material | Tradisional | Modern | Perbandingan |
---|---|---|---|
Struktur Utama | Kayu Ulin, Bangkirai, Meranti | Baja ringan, Beton bertulang | Kayu tradisional lebih ramah lingkungan, namun rentan terhadap hama dan cuaca jika tidak dirawat dengan baik. Material modern lebih tahan lama dan kuat, namun proses produksinya kurang ramah lingkungan. |
Dinding | Bambu, Tanah Liat | Bata, Panel Gypsum | Dinding tradisional memberikan sirkulasi udara yang baik, namun kurang tahan terhadap cuaca ekstrem. Dinding modern lebih tahan lama dan mudah perawatannya. |
Atap | Ijuk, Rumbia | Genteng Metal, Aspal | Atap tradisional estetis dan ramah lingkungan, namun membutuhkan perawatan berkala. Atap modern lebih awet dan tahan lama. |
Dampak Penggunaan Material Tradisional terhadap Lingkungan
Penggunaan material tradisional dalam pembangunan rumah adat Kalimantan Timur memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Material-material tersebut mudah terurai dan berasal dari sumber daya alam yang terbarukan. Proses pengolahannya pun relatif sederhana dan tidak menghasilkan limbah yang signifikan. Hal ini menunjukkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Namun, perlu diperhatikan juga bahwa pengambilan kayu secara berlebihan dapat mengancam kelestarian hutan. Oleh karena itu, pemanfaatan kayu harus dilakukan secara bijak dan bertanggung jawab.
Pengaruh Pemilihan Material terhadap Estetika dan Ketahanan, Rumah adat kaltim
Pemilihan material secara signifikan mempengaruhi estetika dan ketahanan rumah adat. Penggunaan kayu berkualitas tinggi, misalnya, akan menghasilkan bangunan yang kokoh dan indah. Kombinasi material kayu, bambu, dan atap ijuk menciptakan tampilan yang khas dan unik, mencerminkan budaya Kalimantan Timur. Namun, penggunaan material modern seperti baja ringan dan beton dapat mengurangi nilai estetika tradisional, meskipun meningkatkan ketahanan bangunan terhadap gempa dan cuaca ekstrem.
Perlu pertimbangan matang dalam menyeimbangkan aspek estetika dan fungsionalitas dalam pembangunan rumah adat saat ini.
Fungsi dan Tata Letak Ruangan Rumah Adat Kalimantan Timur
Rumah adat Kalimantan Timur, dengan beragam jenisnya, mencerminkan struktur sosial dan nilai-nilai budaya masyarakat setempat melalui tata letak ruangannya yang unik. Pengaturan ruang bukan sekadar penempatan fisik, melainkan representasi hierarki sosial, aktivitas sehari-hari, dan hubungan dengan alam sekitar. Pemahaman mengenai fungsi dan tata letak ini memberikan wawasan yang berharga tentang kehidupan masyarakat Kalimantan Timur di masa lalu hingga kini.
Tata letak rumah adat Kalimantan Timur umumnya memperlihatkan pembagian ruang yang fungsional dan mencerminkan sistem kekerabatan. Rumah-rumah ini seringkali didesain dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dan iklim tropis, dengan penekanan pada sirkulasi udara dan cahaya alami. Perbedaan jenis rumah adat juga akan berdampak pada perbedaan tata letak ruangannya.
Fungsi Ruangan dalam Rumah Adat Kalimantan Timur
Fungsi setiap ruangan dalam rumah adat Kalimantan Timur bervariasi tergantung jenis rumah dan ukurannya. Namun, beberapa ruangan umum ditemukan di sebagian besar jenis rumah adat, masing-masing dengan fungsi spesifik yang berkaitan erat dengan struktur sosial masyarakat. Ruangan-ruangan tersebut memiliki keterkaitan yang kuat dengan aktivitas sehari-hari dan hierarki keluarga.
- Ruang Tamu (balai): Berfungsi sebagai ruang penerimaan tamu dan tempat berkumpul keluarga. Letaknya biasanya di bagian depan rumah, menunjukkan penghormatan terhadap tamu dan posisi pentingnya dalam kehidupan sosial.
- Ruang Keluarga: Merupakan pusat aktivitas keluarga sehari-hari, tempat makan, beristirahat, dan berinteraksi. Letaknya biasanya di tengah rumah, menunjukkan pentingnya kebersamaan keluarga.
- Ruang Tidur: Terpisah berdasarkan usia dan status anggota keluarga. Biasanya, kepala keluarga memiliki ruang tidur yang lebih besar dan terletak di bagian yang lebih terhormat.
- Dapur: Tempat memasak dan menyiapkan makanan. Letaknya biasanya di belakang rumah atau terpisah dari area utama, menjaga kebersihan dan menghindari bau masakan masuk ke ruang tamu.
- Lumbung: Berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi dan hasil panen lainnya. Di beberapa jenis rumah adat, lumbung bisa terintegrasi dengan bangunan utama, sementara di jenis lain terpisah.
Tata Letak Ruangan Rumah Panjang
Rumah Panjang, salah satu jenis rumah adat Kalimantan Timur, memiliki tata letak ruangan yang unik dan mencerminkan struktur sosial masyarakatnya. Rumah ini memanjang dan menampung beberapa keluarga dalam satu bangunan. Tata letaknya menunjukkan hierarki dan pembagian ruang berdasarkan kelompok keluarga.
Ilustrasi Tata Letak Rumah Panjang:
Bayangkan sebuah bangunan panjang yang terbagi menjadi beberapa bagian. Di bagian depan terdapat ruang tamu utama yang luas ( balai) digunakan untuk acara-acara penting dan menerima tamu. Di sisi kiri dan kanan balai, terdapat ruang tidur untuk keluarga-keluarga yang menghuni rumah panjang tersebut. Ukuran ruang tidur bervariasi tergantung status dan jumlah anggota keluarga. Di bagian belakang rumah, terdapat dapur dan ruang penyimpanan.
Setiap keluarga memiliki area yang relatif terpisah, namun tetap terhubung dalam satu bangunan yang sama. Ini menggambarkan kebersamaan namun juga menjaga privasi masing-masing keluarga.
Tata Letak Ruangan dan Nilai Budaya
Tata letak ruangan dalam rumah adat Kalimantan Timur mencerminkan beberapa nilai budaya penting, seperti:
- Kehormatan terhadap tamu: Letak ruang tamu di bagian depan rumah menunjukkan penghormatan terhadap tamu dan pentingnya hubungan sosial.
- Kebersamaan keluarga: Tata letak yang mengutamakan ruang keluarga di tengah rumah menunjukkan pentingnya kebersamaan dan interaksi antar anggota keluarga.
- Hierarki sosial: Ukuran dan letak ruangan mencerminkan status sosial anggota keluarga. Kepala keluarga biasanya memiliki ruang tidur yang lebih besar dan terletak di bagian yang lebih terhormat.
- Harmoni dengan alam: Desain rumah yang mempertimbangkan sirkulasi udara dan cahaya alami menunjukkan keselarasan dengan lingkungan sekitar.
Perbandingan dengan Rumah Adat Lain
Dibandingkan dengan rumah adat dari daerah lain di Indonesia, rumah adat Kalimantan Timur, khususnya Rumah Panjang, memiliki perbedaan yang signifikan. Rumah Gadang di Sumatera Barat misalnya, memiliki bentuk yang lebih megah dan ruangan yang lebih terstruktur. Sementara rumah Joglo di Jawa Tengah memiliki bentuk yang lebih persegi dan penataan ruangan yang lebih simetris. Perbedaan ini mencerminkan perbedaan budaya dan kondisi geografis masing-masing daerah.
Alur Aktivitas Sehari-hari
Berikut diagram sederhana alur aktivitas sehari-hari di dalam rumah adat (menggunakan Rumah Panjang sebagai contoh):
Pagi hari: Keluarga memulai aktivitas di ruang tidur masing-masing, kemudian berkumpul di ruang keluarga untuk sarapan. Siang hari: Aktivitas di luar rumah, seperti berkebun atau bekerja. Sore hari: Kembali ke rumah, berkumpul di ruang keluarga, dan mempersiapkan makan malam. Malam hari: Istirahat di ruang tidur masing-masing.
Ornamen dan Dekorasi: Rumah Adat Kaltim
Rumah adat Kalimantan Timur kaya akan ornamen dan dekorasi yang tak hanya memperindah tampilan, tetapi juga sarat makna dan simbolisme bagi masyarakatnya. Motif-motif dan teknik pembuatannya mencerminkan kearifan lokal dan keahlian para leluhur dalam mengolah material alam. Perbedaan jenis rumah adat juga turut mempengaruhi jenis ornamen dan dekorasi yang digunakan, menciptakan variasi estetika yang menarik.
Ornamen dan dekorasi ini umumnya terbuat dari bahan-bahan alami seperti kayu, rotan, bambu, dan kulit kayu. Penggunaan warna juga memiliki arti tersendiri, seringkali melambangkan unsur alam, kepercayaan, dan status sosial.
Makna dan Simbolisme Ornamen
Berbagai ornamen pada rumah adat Kalimantan Timur memiliki makna filosofis yang mendalam. Misalnya, ukiran motif tumbuhan seperti daun dan bunga seringkali melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Motif hewan seperti burung enggang atau naga, menunjukkan kekuatan, keberanian, dan kehormatan. Sedangkan motif geometrik, seperti garis-garis dan lingkaran, dapat melambangkan keseimbangan alam semesta atau siklus kehidupan.
- Motif tumbuhan: Kesuburan dan kemakmuran.
- Motif burung enggang: Kekuatan, keberanian, dan kehormatan.
- Motif naga: Kekuasaan dan perlindungan.
- Motif geometrik: Keseimbangan alam semesta dan siklus kehidupan.
Teknik Pembuatan Ornamen
Pembuatan ornamen dan dekorasi rumah adat Kalimantan Timur merupakan proses yang rumit dan membutuhkan keahlian khusus. Teknik-teknik tradisional yang diwariskan turun-temurun masih dipertahankan hingga saat ini.
- Ukiran kayu: Menggunakan berbagai jenis pahat untuk membentuk motif yang diinginkan pada kayu. Proses ini membutuhkan ketelitian dan keahlian tinggi untuk menghasilkan ukiran yang halus dan detail.
- Anyaman rotan dan bambu: Rotan dan bambu dianyam dengan pola tertentu untuk menciptakan berbagai jenis dekorasi, seperti dinding, tirai, atau alas duduk.
- Lukisan: Motif-motif tertentu dilukis pada dinding atau bagian rumah lainnya menggunakan pigmen alami dari tumbuhan atau mineral.
Perbandingan Ornamen pada Berbagai Jenis Rumah Adat
Meskipun terdapat kesamaan dalam penggunaan bahan alami, jenis ornamen dan dekorasi pada rumah adat Kalimantan Timur bervariasi tergantung pada suku dan wilayahnya. Rumah adat suku Dayak misalnya, umumnya memiliki ukiran kayu yang lebih rumit dan detail dibandingkan dengan rumah adat suku lain. Perbedaan ini mencerminkan kekayaan budaya dan kearifan lokal masing-masing kelompok masyarakat.
Jenis Rumah Adat | Karakteristik Ornamen |
---|---|
Rumah Adat Dayak | Ukiran kayu yang rumit dan detail, motif hewan dan tumbuhan yang beragam. |
Rumah Adat Kutai | Penggunaan warna yang lebih cerah, motif geometrik yang sederhana. |
Penggunaan Warna dan Motif
Warna dan motif pada ornamen dan dekorasi rumah adat Kalimantan Timur memiliki arti simbolis yang penting. Warna-warna alam seperti cokelat, hijau, dan kuning sering digunakan, melambangkan keselarasan dengan lingkungan sekitar. Motif-motif yang dipilih juga mencerminkan kepercayaan dan nilai-nilai masyarakat setempat. Misalnya, penggunaan warna merah dapat melambangkan keberanian dan kekuatan, sedangkan warna hitam dapat melambangkan misteri dan keagungan.
Kombinasi warna dan motif yang harmonis menciptakan keindahan estetika dan menunjukkan identitas budaya yang kuat. Setiap detail, dari warna hingga bentuk, memiliki makna dan pesan tersendiri bagi masyarakat Kalimantan Timur.
Proses Pembangunan Rumah Adat Kalimantan Timur
Pembangunan rumah adat Kalimantan Timur, khususnya rumah Lamin, merupakan proses yang kompleks dan sarat makna, mencerminkan kearifan lokal dan keahlian turun-temurun. Proses ini bukan sekadar pembangunan fisik, melainkan juga ritual dan simbolis yang melibatkan seluruh komunitas.
Langkah-Langkah Pembangunan Rumah Adat Secara Tradisional
Secara tradisional, pembangunan rumah Lamin diawali dengan pemilihan lokasi yang dianggap sakral dan sesuai dengan tata letak lingkungan sekitar. Kemudian, dilakukan ritual meminta restu kepada leluhur dan alam. Setelah itu, barulah proses pembangunan fisik dimulai, yang meliputi pengukuran lahan, pengumpulan bahan bangunan, dan proses pembuatan struktur bangunan.
- Penentuan Lokasi dan Ritual: Pemilihan lokasi didasarkan pada kepercayaan dan kearifan lokal, diikuti ritual untuk memohon keselamatan dan keberkahan.
- Pengumpulan Bahan Bangunan: Bahan-bahan bangunan seperti kayu ulin, rotan, dan daun nipah dikumpulkan secara tradisional, melibatkan kerjasama anggota masyarakat.
- Pembuatan Struktur Bangunan: Proses ini melibatkan pembuatan tiang utama, dinding, atap, dan lantai dengan teknik dan alat tradisional.
- Pengerjaan Ornamen dan Dekorasi: Proses ini merupakan bagian penting yang menampilkan keindahan dan kekayaan budaya Kalimantan Timur.
- Upacara Peresmian: Setelah selesai dibangun, dilakukan upacara peresmian yang melibatkan seluruh anggota masyarakat sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur.
Peran dan Tanggung Jawab Anggota Masyarakat
“Setiap anggota masyarakat memiliki peran penting dalam pembangunan rumah Lamin, mulai dari pemilihan lokasi hingga upacara peresmian. Kerjasama dan gotong royong merupakan kunci keberhasilan pembangunan ini. Orang tua memberikan arahan, kaum muda mengerjakan pekerjaan fisik, dan perempuan menyiapkan makanan dan minuman.”
Kutipan di atas menggambarkan bagaimana setiap individu memiliki peran yang saling melengkapi dalam proses pembangunan rumah adat. Peran tersebut diturunkan secara turun-temurun, dan pengetahuan serta keterampilannya dijaga kelestariannya.
Perbandingan Pembangunan Tradisional dan Modern
Pembangunan rumah adat secara tradisional sangat berbeda dengan metode modern. Perbedaan utama terletak pada penggunaan teknologi, material, dan waktu pembangunan. Pembangunan tradisional lebih menekankan pada keahlian dan kerjasama masyarakat, sedangkan pembangunan modern lebih mengandalkan teknologi dan efisiensi waktu.
Perbandingan Alat dan Teknik Pembangunan
Aspek | Tradisional | Modern |
---|---|---|
Alat Pemotong Kayu | Kapak, Gergaji Tangan | Gergaji Mesin, Chainsaw |
Teknik Pengukuran | Pengukuran Manual dengan Tali dan Bambu | Pengukuran dengan Alat Ukur Modern (Meteran, Waterpass) |
Material Atap | Daun Nipah, Rumbia | Genteng, Seng |
Teknik Penyambungan Kayu | Pasak Kayu, Ikat Rotan | Paku, Sekrup, Lem Kayu |
Tantangan Pelestarian Metode Pembangunan Tradisional
Tantangan utama dalam melestarikan metode pembangunan tradisional adalah perubahan gaya hidup masyarakat, kurangnya minat generasi muda, dan keterbatasan akses terhadap bahan bangunan tradisional. Minimnya dokumentasi dan pelatihan juga menjadi faktor penghambat. Upaya pelestarian perlu dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, dan peningkatan apresiasi terhadap nilai budaya yang terkandung dalam rumah adat.
Kesimpulan
Mempelajari rumah adat Kalimantan Timur bukan hanya sekadar memahami konstruksi bangunannya, melainkan juga menyelami kekayaan budaya dan filosofi yang terkandung di dalamnya. Melalui pemahaman yang mendalam, kita dapat menghargai warisan leluhur dan berperan aktif dalam pelestariannya untuk generasi mendatang. Semoga uraian ini dapat memberikan gambaran komprehensif tentang keindahan dan nilai-nilai yang terkandung dalam rumah adat Kalimantan Timur.