- Sejarah dan Latar Belakang NU dalam Konteks Radikalisme Agama
-
Ideologi Ahlussunnah wal Jamaah dan Pengaruhnya dalam Penanggulangan Radikalisme
- Prinsip-prinsip Utama Ahlussunnah wal Jamaah yang Dianut NU
- Prinsip Aswaja sebagai Benteng Terhadap Paham Radikal
- Nilai-nilai Moderasi dalam Ajaran Ahlussunnah wal Jamaah yang Dipromosikan NU
- Hadits atau Ayat Al-Quran yang Mendukung Moderasi Beragama Versi NU
- Integrasi Nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah dalam Program-program Deradikalisasi NU
-
Strategi NU dalam Pendidikan dan Dakwah untuk Mengatasi Radikalisme
- Program Pendidikan Keagamaan NU untuk Mencegah Radikalisme
- Metode Dakwah NU yang Efektif dalam Menangkal Paham Radikal
- Program NU yang Melibatkan Tokoh Agama dan Masyarakat dalam Melawan Radikalisme
- Peran Pesantren dalam Membentuk Kader NU yang Anti-Radikalisme
- Pemanfaatan Media Sosial untuk Menyebarkan Pesan Moderasi
-
Peran NU dalam Kerjasama Antar-Lembaga dan Pemerintah dalam Penanggulangan Radikalisme: Strategi Nahdlatul Ulama Dalam Menghadapi Radikalisme Agama
- Kerjasama NU dengan Pemerintah dalam Pencegahan Radikalisme
- Peran NU dalam Membangun Dialog Antar-Organisasi Keagamaan
- Contoh Keberhasilan Kerjasama NU dalam Menghadapi Radikalisme
- Peran NU dalam Berbagai Forum dan Kebijakan Pemerintah Terkait Deradikalisasi
- Kontribusi NU dalam Membentuk Kebijakan Pemerintah yang Inklusif dan Anti-Radikalisme
- Faktor Internal yang Menghambat Efektivitas Strategi NU
- Faktor Eksternal yang Menghambat Efektivitas Strategi NU
- Contoh Kasus Hambatan dalam Upaya Deradikalisasi
- Pernyataan Tokoh NU tentang Tantangan Radikalisme
- Strategi Alternatif untuk Mengatasi Tantangan, Strategi Nahdlatul Ulama dalam menghadapi radikalisme agama
Strategi Nahdlatul Ulama dalam menghadapi radikalisme agama merupakan kajian penting dalam konteks Indonesia. NU, organisasi Islam terbesar di Indonesia, memiliki sejarah panjang dalam menjaga keutuhan NKRI dan telah mengembangkan berbagai strategi untuk melawan paham-paham radikal yang mengancam persatuan dan kerukunan bangsa. Dari pendekatan pendidikan keagamaan hingga kerjasama antar lembaga, NU konsisten dalam memperjuangkan nilai-nilai moderasi dan toleransi.
Pembahasan ini akan menelusuri sejarah peran NU dalam menghadapi radikalisme, menganalisis ideologi Ahlussunnah wal Jamaah sebagai pondasi strategi NU, serta mengkaji berbagai program dan kerjasama yang dilakukan untuk menangkal radikalisme. Tantangan dan hambatan yang dihadapi NU juga akan dibahas, serta upaya-upaya untuk terus memperkuat strategi dalam menghadapi dinamika radikalisme yang terus berkembang.
Sejarah dan Latar Belakang NU dalam Konteks Radikalisme Agama
Nahdlatul Ulama (NU) sejak awal berdiri telah memainkan peran krusial dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Organisasi ini tidak hanya berperan sebagai organisasi keagamaan, tetapi juga sebagai kekuatan sosial-politik yang moderat dan inklusif, sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan, termasuk radikalisme agama yang muncul di berbagai periode sejarah Indonesia.
Peran NU dalam menjaga NKRI terlihat jelas sejak masa perjuangan kemerdekaan. NU aktif terlibat dalam perumusan dasar negara dan konstitusi, serta dalam berbagai upaya mempertahankan kemerdekaan. Komitmen ini berlanjut hingga kini, di mana NU terus berupaya merawat nilai-nilai kebangsaan dan persatuan di tengah dinamika sosial politik yang kompleks.
Peran NU dalam Menjaga Keutuhan NKRI
Sejak awal kemerdekaan, NU berperan aktif dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Partisipasi NU dalam Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) dan berbagai lembaga negara lainnya menunjukkan komitmen kuat dalam membangun negara. NU juga berperan penting dalam menyebarkan paham kebangsaan dan wawasan kebangsaan, serta menggalang persatuan di tengah keberagaman masyarakat Indonesia.
Pengalaman NU Menghadapi Tantangan Radikalisme Agama di Masa Lalu
NU telah berulang kali menghadapi tantangan radikalisme agama sepanjang sejarahnya. Berbagai kelompok yang mengusung paham keagamaan ekstrem dan anti-NKRI pernah muncul dan mencoba mengganggu stabilitas negara. NU, dengan pendekatan keagamaannya yang moderat dan inklusif, selalu berupaya meredam penyebaran paham-paham tersebut.
Strategi NU yang Berhasil Meredam Paham Radikal di Masa Lalu
Strategi NU dalam menghadapi radikalisme agama sangat beragam dan adaptif terhadap konteks zaman. Beberapa strategi yang terbukti efektif antara lain dialog, pendekatan kultural, pendidikan keagamaan yang moderat, dan penguatan jaringan sosial keagamaan di masyarakat. NU juga aktif melakukan counter-narration terhadap propaganda kelompok radikal.
Ketahui seputar bagaimana Visi dan Misi Habib Luthfi untuk Nahdlatul Ulama dapat menyediakan solusi terbaik untuk masalah Anda.
- Dialog dan Silaturahmi: NU senantiasa membuka ruang dialog dan silaturahmi dengan berbagai kelompok, termasuk kelompok yang memiliki pandangan berbeda, untuk menjembatani kesalahpahaman dan membangun pemahaman bersama.
- Penguatan Moderasi Beragama: NU secara konsisten mengajarkan dan mempraktikkan moderasi beragama, menekankan pentingnya toleransi, saling menghormati, dan menghargai perbedaan.
- Pendidikan Keagamaan yang Moderat: NU memiliki pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan yang berperan penting dalam mencetak kader-kader yang berwawasan moderat dan anti-radikalisme.
- Pemanfaatan Teknologi Informasi: NU memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk menyebarkan pesan-pesan moderasi dan melawan narasi radikalisme.
Perbandingan Paham Keagamaan NU dengan Paham Radikalisme
Tahun | Peristiwa | Strategi NU | Hasil |
---|---|---|---|
1980-an | Munculnya kelompok-kelompok Islam garis keras | Penguatan pendidikan agama moderat, dialog antarumat beragama | Terbatasnya pengaruh kelompok garis keras |
2000-an | Berkembangnya terorisme di Indonesia | Counter-narration, kerjasama dengan pemerintah dalam deradikalisasi | Penurunan angka terorisme |
2010-an | Penyebaran paham radikal melalui media sosial | Literasi digital, pemanfaatan media sosial untuk melawan narasi radikal | Meningkatnya kesadaran masyarakat akan bahaya radikalisme |
Kronologi Perkembangan Strategi NU dalam Menghadapi Radikalisme Agama
Strategi NU dalam menghadapi radikalisme agama telah berkembang seiring dengan perubahan konteks dan tantangan yang dihadapi. Awalnya, fokus NU lebih pada pendekatan kultural dan pendidikan agama. Seiring perkembangan teknologi informasi, strategi NU juga bergeser dengan memanfaatkan media digital untuk melawan narasi radikalisme. Kerjasama dengan pemerintah dan lembaga lain juga menjadi bagian penting dalam strategi NU saat ini.
Ideologi Ahlussunnah wal Jamaah dan Pengaruhnya dalam Penanggulangan Radikalisme
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, konsisten menempatkan ideologi Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) sebagai pondasi dalam menghadapi tantangan radikalisme. Aswaja, dengan prinsip-prinsip moderatnya, terbukti menjadi benteng kokoh melawan paham-paham ekstrem yang mengancam keutuhan bangsa. Pemahaman dan penerapan Aswaja secara kaffah oleh NU menjadi kunci efektifitas strategi deradikalisasi yang dilakukan.
Prinsip-prinsip Utama Ahlussunnah wal Jamaah yang Dianut NU
NU memegang teguh beberapa prinsip utama Aswaja sebagai pedoman. Prinsip-prinsip ini tidak hanya menjadi landasan teologi, tetapi juga menjadi panduan dalam berinteraksi sosial dan bernegara. Penerapan prinsip-prinsip ini secara konsisten menjadi kunci keberhasilan NU dalam meredam pengaruh radikalisme.
- Mengikuti Al-Quran dan As-Sunnah (Hadits Nabi) dengan pemahaman para sahabat dan ulama salafus shalih.
- Menghindari sikap takfir (menyatakan kafir) terhadap sesama muslim yang berbeda pendapat.
- Menjunjung tinggi toleransi dan kerukunan antar umat beragama.
- Menolak kekerasan dan terorisme dalam bentuk apapun.
- Mengajarkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).
Prinsip Aswaja sebagai Benteng Terhadap Paham Radikal
Prinsip-prinsip Aswaja yang dianut NU secara efektif menjadi benteng terhadap paham radikal. Sikap tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), dan tawazun (seimbang) yang terkandung di dalamnya menjadi antitesis dari paham-paham ekstrem yang kaku dan intoleran. Dengan menekankan pentingnya ijtihad (penafsiran hukum Islam) dalam konteks kekinian, NU menghindari pemahaman agama yang kaku dan mudah diinterpretasikan secara keliru oleh kelompok radikal.
Nilai-nilai Moderasi dalam Ajaran Ahlussunnah wal Jamaah yang Dipromosikan NU
NU secara aktif mempromosikan nilai-nilai moderasi yang terkandung dalam Aswaja. Nilai-nilai ini meliputi toleransi, dialog, dan kerjasama antar umat beragama, serta penolakan terhadap kekerasan dan ekstremisme. NU juga menekankan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa di atas segala perbedaan.
Hadits atau Ayat Al-Quran yang Mendukung Moderasi Beragama Versi NU
“Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang yang selalu menjaga pertengahan (moderat) dalam segala hal.” (HR. Tirmidzi)
Hadits ini menekankan pentingnya sikap moderat dalam kehidupan beragama, sesuai dengan ajaran Aswaja yang dianut NU. Moderasi dalam beragama bukan berarti kompromi terhadap kebenaran, melainkan menghindari sikap ekstrem dan kaku dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama.
Integrasi Nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah dalam Program-program Deradikalisasi NU
NU mengintegrasikan nilai-nilai Aswaja ke dalam berbagai program deradikalisasi. Program-program tersebut meliputi pendidikan agama yang moderat, dialog antar agama, dan pembinaan terhadap mantan anggota kelompok radikal. NU juga aktif dalam melakukan counter-narration terhadap propaganda kelompok radikal melalui berbagai media. Contohnya, melalui pesantren-pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan lainnya, NU menanamkan nilai-nilai moderasi dan toleransi sejak dini. Selain itu, NU juga aktif dalam memberikan pendampingan dan rehabilitasi kepada para mantan anggota kelompok radikal, membantu mereka untuk kembali ke kehidupan masyarakat yang normal dan produktif.
Strategi NU dalam Pendidikan dan Dakwah untuk Mengatasi Radikalisme
Nahdlatul Ulama (NU) memiliki peran krusial dalam menanggulangi radikalisme agama di Indonesia. Strategi NU tidak hanya berfokus pada penangkalan, tetapi juga pada pencegahan melalui pendidikan dan dakwah yang inklusif dan moderat. Upaya ini dilakukan secara terintegrasi, melibatkan berbagai lapisan masyarakat dan memanfaatkan berbagai platform, termasuk media sosial.
Program Pendidikan Keagamaan NU untuk Mencegah Radikalisme
NU mengembangkan berbagai program pendidikan keagamaan yang menekankan pemahaman Islam yang moderat, toleran, dan anti-kekerasan. Kurikulum pendidikan di pesantren dan lembaga pendidikan NU dirancang untuk menanamkan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah yang menekankan pada pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
- Pendidikan agama yang komprehensif, mencakup pemahaman Al-Qur’an dan Hadits secara kontekstual.
- Pengkajian kitab kuning dengan pendekatan yang kritis dan modern, menghindari interpretasi tekstual yang kaku.
- Pengembangan pendidikan karakter yang menekankan nilai-nilai kebangsaan, toleransi, dan moderasi.
- Integrasi pendidikan agama dan umum untuk menciptakan keseimbangan pemahaman keagamaan dan keahlian hidup.
Metode Dakwah NU yang Efektif dalam Menangkal Paham Radikal
Dakwah NU dikenal dengan pendekatannya yang humanis, dialogis, dan persuasif. NU menghindari pendekatan yang konfrontatif dan lebih mengedepankan dialog dan pemahaman untuk merangkul kelompok yang terpapar paham radikal.
- Pengajian rutin dan ceramah agama yang disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan menjauhi ujaran kebencian.
- Dialog antaragama dan antarumat beragama untuk membangun toleransi dan saling pengertian.
- Pemanfaatan media massa dan teknologi informasi untuk menyebarkan pesan-pesan moderasi dan anti-radikalisme.
- Pendekatan personal dan komunitas untuk memberikan bimbingan dan konseling kepada individu yang terpapar paham radikal.
Program NU yang Melibatkan Tokoh Agama dan Masyarakat dalam Melawan Radikalisme
NU melibatkan berbagai tokoh agama, ulama, kyai, dan tokoh masyarakat dalam upaya melawan radikalisme. Kolaborasi ini menciptakan sinergi yang kuat dalam melawan penyebaran paham-paham ekstrem.
- Deklarasi bersama tokoh agama dan masyarakat untuk menolak radikalisme dan terorisme.
- Workshop dan pelatihan bagi tokoh agama dan masyarakat tentang bahaya radikalisme dan cara penanggulangannya.
- Pembentukan jaringan komunikasi dan kerjasama antar tokoh agama dan masyarakat untuk mencegah penyebaran paham radikal.
- Kampanye publik yang melibatkan tokoh agama dan masyarakat untuk mempromosikan nilai-nilai moderasi dan toleransi.
Peran Pesantren dalam Membentuk Kader NU yang Anti-Radikalisme
Pesantren sebagai lembaga pendidikan dan pengaderan NU memiliki peran penting dalam membentuk kader yang anti-radikalisme. Kurikulum pesantren yang terintegrasi dengan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah menjadi benteng pertahanan utama.
- Pembentukan karakter yang kuat berbasis nilai-nilai agama yang moderat dan toleran.
- Pengembangan wawasan keagamaan yang luas dan mendalam, sehingga mampu membedakan antara ajaran Islam yang benar dan ajaran yang menyimpang.
- Penguatan pemahaman tentang pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
- Pembinaan mental dan spiritual yang kokoh agar tidak mudah terpengaruh oleh ideologi radikal.
Pemanfaatan Media Sosial untuk Menyebarkan Pesan Moderasi
NU secara aktif memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan pesan-pesan moderasi dan melawan radikalisme. Strategi ini menjangkau audiens yang lebih luas dan efektif dalam menangkal informasi sesat.
Bayangkan sebuah postingan di Instagram yang menampilkan gambar para santri NU yang sedang berdiskusi dengan santri dari agama lain, disertai caption yang menekankan pentingnya toleransi dan persaudaraan. Atau, video pendek di YouTube yang menampilkan ceramah singkat dari seorang kyai NU yang menjelaskan tentang bahaya radikalisme dengan bahasa yang mudah dipahami dan dikemas secara menarik. Penggunaan media sosial seperti ini tidak hanya efektif menjangkau generasi muda, tetapi juga membangun citra NU yang modern, inklusif, dan relevan dengan perkembangan zaman.
Peran NU dalam Kerjasama Antar-Lembaga dan Pemerintah dalam Penanggulangan Radikalisme: Strategi Nahdlatul Ulama Dalam Menghadapi Radikalisme Agama
Nahdlatul Ulama (NU) tidak hanya berperan sebagai organisasi keagamaan, tetapi juga sebagai aktor kunci dalam upaya pencegahan dan penanggulangan radikalisme di Indonesia. Kerjasama yang terjalin antara NU dengan pemerintah dan lembaga-lembaga lain menjadi strategi vital dalam menghadapi ancaman tersebut. Kolaborasi ini berbasis pada pemahaman keagamaan yang moderat dan komitmen kuat NU terhadap NKRI.
Kerjasama NU dengan Pemerintah dalam Pencegahan Radikalisme
NU secara aktif berpartisipasi dalam berbagai program pemerintah yang bertujuan untuk mencegah berkembangnya paham radikalisme. Kerjasama ini meliputi penyusunan kebijakan, pelaksanaan program deradikalisasi, hingga pengawasan terhadap potensi penyebaran ideologi ekstrem. NU memberikan masukan berbasis pemahaman keagamaan Ahlussunnah wal Jamaah yang moderat dan inklusif, sehingga kebijakan yang dihasilkan lebih efektif dan tepat sasaran.
Peran NU dalam Membangun Dialog Antar-Organisasi Keagamaan
NU menyadari bahwa penanggulangan radikalisme memerlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu, NU secara konsisten membangun dialog dan kerjasama dengan berbagai organisasi keagamaan lainnya, baik yang berhaluan moderat maupun yang memiliki kecenderungan konservatif. Tujuannya adalah untuk menciptakan pemahaman bersama, merajut silaturahmi, dan menghindari polarisasi yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok radikal.
Contoh Keberhasilan Kerjasama NU dalam Menghadapi Radikalisme
Salah satu contoh keberhasilan kerjasama NU adalah dalam program deradikalisasi mantan anggota kelompok radikal. Melalui pendekatan persuasif dan edukatif yang berbasis keagamaan, NU berhasil membantu para mantan anggota tersebut untuk kembali ke kehidupan normal dan memahami ajaran Islam yang moderat. Program ini melibatkan kerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan berbagai lembaga lainnya.
Peran NU dalam Berbagai Forum dan Kebijakan Pemerintah Terkait Deradikalisasi
Lembaga | Peran NU | Hasil |
---|---|---|
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) | Memberikan masukan dalam penyusunan kebijakan deradikalisasi, terlibat dalam program rehabilitasi mantan teroris. | Terbentuknya program deradikalisasi yang lebih komprehensif dan berbasis pada pendekatan keagamaan yang moderat. |
Kementerian Agama | Berperan dalam pendidikan agama yang moderat dan anti-radikalisme, mengadakan pelatihan bagi para tokoh agama. | Peningkatan pemahaman keagamaan yang moderat di kalangan masyarakat, pencegahan penyebaran paham radikalisme melalui pendidikan. |
Kepolisian Republik Indonesia (Polri) | Memberikan informasi dan edukasi terkait paham radikalisme, membantu dalam proses pencegahan dan deteksi dini. | Peningkatan efektivitas deteksi dini terhadap potensi ancaman radikalisme, pencegahan aksi terorisme. |
Kontribusi NU dalam Membentuk Kebijakan Pemerintah yang Inklusif dan Anti-Radikalisme
- NU secara aktif mendorong pemerintah untuk menerapkan kebijakan yang inklusif dan menghargai perbedaan.
- NU menekankan pentingnya penegakan hukum yang adil dan tidak diskriminatif.
- NU berperan dalam mensosialisasikan pentingnya moderasi beragama dan toleransi antarumat beragama.
- NU mendorong pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama yang moderat dan anti-radikalisme.
Array
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia menghadapi tantangan kompleks dalam melawan penyebaran paham radikalisme agama. Upaya deradikalisasi dan pencegahan ekstremisme memerlukan strategi yang komprehensif, namun berbagai hambatan internal dan eksternal seringkali menghambat efektivitasnya. Pemahaman mendalam terhadap tantangan ini krusial untuk merumuskan strategi yang lebih efektif di masa mendatang.
Faktor Internal yang Menghambat Efektivitas Strategi NU
Beberapa faktor internal NU turut mempengaruhi keberhasilan strategi kontra-radikalisme. Kompleksitas organisasi yang besar dan tersebar luas di seluruh Indonesia membuat koordinasi dan implementasi program terkadang kurang optimal. Perbedaan pemahaman dan interpretasi ajaran Islam di internal NU juga dapat menimbulkan perbedaan pendapat dalam menyikapi fenomena radikalisme. Selain itu, keterbatasan sumber daya manusia dan finansial juga menjadi kendala dalam menjalankan program-program deradikalisasi secara efektif.
Faktor Eksternal yang Menghambat Efektivitas Strategi NU
Di luar faktor internal, NU juga menghadapi berbagai tantangan eksternal. Perkembangan teknologi informasi yang pesat memudahkan penyebaran paham radikalisme melalui media sosial dan platform online lainnya. Keberadaan jaringan radikalisme yang terorganisir dan terstruktur juga menjadi ancaman serius. Kondisi sosial-politik yang dinamis dan adanya kelompok-kelompok kepentingan tertentu yang memanfaatkan isu agama untuk tujuan politik juga dapat menghambat upaya NU dalam melawan radikalisme.
Contoh Kasus Hambatan dalam Upaya Deradikalisasi
Salah satu contoh hambatan yang dihadapi NU adalah kesulitan dalam menjangkau individu yang sudah terpapar paham radikalisme secara mendalam. Proses deradikalisasi membutuhkan waktu dan kesabaran, serta pendekatan yang tepat dan personal. Seringkali, individu yang sudah terpapar paham radikalisme sulit diajak untuk berdialog dan menerima pandangan yang berbeda. Terlebih lagi, adanya tekanan sosial dan stigma dari lingkungan sekitar dapat memperumit proses deradikalisasi.
Pernyataan Tokoh NU tentang Tantangan Radikalisme
“Tantangan terbesar dalam menghadapi radikalisme agama bukanlah hanya dari luar, tetapi juga dari dalam. Kita perlu terus memperkuat pemahaman keagamaan yang moderat dan toleran di kalangan internal NU sendiri.”
(Contoh pernyataan, nama tokoh dapat diganti dengan tokoh NU yang relevan dan pernyataan yang sesuai).
Strategi Alternatif untuk Mengatasi Tantangan, Strategi Nahdlatul Ulama dalam menghadapi radikalisme agama
Untuk mengatasi tantangan tersebut, NU dapat mengadopsi beberapa strategi alternatif. Penguatan kapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan pendidikan keagamaan yang moderat dan inklusif sangat penting. Pemanfaatan teknologi informasi secara efektif untuk melawan penyebaran paham radikalisme di media sosial juga perlu ditingkatkan. Kerjasama dan kolaborasi yang lebih erat dengan pemerintah, lembaga keagamaan lainnya, dan masyarakat sipil juga krusial untuk membangun sinergi dalam upaya kontra-radikalisme.
Selain itu, perlu adanya pendekatan yang lebih komprehensif dan integratif yang melibatkan aspek keagamaan, sosial, ekonomi, dan politik dalam upaya deradikalisasi.
Nahdlatul Ulama telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam menjaga keutuhan NKRI dan melawan paham radikalisme melalui berbagai strategi yang terintegrasi. Dengan berlandaskan pada ideologi Ahlussunnah wal Jamaah yang mengedepankan moderasi dan toleransi, NU terus beradaptasi menghadapi tantangan yang berkembang. Keberhasilan strategi NU tergantung pada keberlanjutan program-programnya, peningkatan kerjasama antar lembaga, dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat.
Peran NU sebagai benteng moderasi di Indonesia sangatlah krusial untuk masa depan bangsa.